Jumaat, 15 Januari 2010

Lagi Pantun Debat

Padang bukan sebarang padang
Padang tempat gajah menari
Garang bukan sebarang garang
Garang padat hujah dan bukti

Pantun Debat

Apalah guna bertari perang
Kalau sundang membanting kaki
Apalah guna bersuara lantang
Kalau hujah membelit diri

Pantun

Apalah diharap padi seberang
Entahkan berisi entahkan tidak
Apalah diharap kasihnya orang
Entahkan sudi entahkan tidak

Sebenarnya…..

Sebenarnya…..

Mungkin mudah pada bicara,
mengalun kata berselit nada,
namun mana mungkin aku yang terasa
memikul sesak menjeruk rasa....
bagai hidup diikat derita makin berganjak makin terbelit duka...
mungkinkah ini satu suratan kifarah dosa pembersih amalan.

Makin sempit rupanya kita....
makin aku bertanya makin keliru sebenarnya...
Baruku sedar bukannya mudah mengatur bicara menghampar kata...
kini dugaan terpias di muka...
baru tergadah khayalan di jiwa...
Aku atau suasana ini yang sebenarnya berbicara tentang kecewa...?
atau sememangnya akulah insan yang kecewa...

Akan aku biarkan senja berlalu
kerana aku hanya sinar subuh yang akan melenyapkan embun kerisauan semalam.....

aku hanya sekadar berbicara tentang kecewa...
bertanya tentang duka
agar ku tahu betapa masih ada yang menyambut hadir ku di sana...
biarpun subuh sekejab cuma dan siang menjelang tiba...
tapi ku yakin malam tetap menunggu siang
walau subuh itu pelenyap penantian sebenar.

Biarkan segalanya berlalu pergi....
kerana aku sebenarnya masih di sini walau segagah mana aku berlari
kerana rentak ku susah membentuk tari.

takdir menentukan segala-galanya.

bukannya aku yang sengaja
tapi...segala sudah ketentuanNya.
Makin kuat aku menggenggam makin terlucut dari jemariku
sebenarnya...Segalanya bagai satu mimpi...
kian disaluti ilusi yang semakin misteri...
Hari ini hadir senyumku hanya sekadar menghakis tangis semalam...
namun hati masih keliru pada duka yang tercipta pada hati yang lara.

Tidak pernah ada cinta tanpa air mata....
biarkan aku begini
menghitung kifarah silapnya langkahku sendiri...
tersunggur di laman hati
biarpun perasaan sebenarnya mendatar sepi...
akulah sebenarnya yang menjalin kecewa di hati...

Biarkan segala tafsiran hadir dengan caranya...
bagaikan angin bertiup di muara,
biar makin sepi tapi tetap membelai tebing...
dan aku hanyalah sisa pepasir yang terhakis
dari belaian badai berpimpinan angin sepi....

segala kata telah terungkap...
segala jalinan telah terlerai...
dan kini hanya tinggal hamparan sepi bercorak kisah duka...
dan masih terbias sinar semalam
walau samarnya tidak bersilau lagi.

hanya satu gubahan...
ibarat lagu bersadur irama...
sepi..sedih...kecewa yang mendendangkan hanya merasa...
mendengar untuk akur pada agihan ceria sementara...
tapi apa yang tertera semuanya bertentangan dengan bicara...
Aku makin tersasar dari mengenal diriku sendiri sebenarnya.

Kenapa dinilai pada bicara...andai gaya berkilas nista...
Mengapa diharap pada setia andai curiga memancang jiwa...
Biarkan suara terus bergema...selagi getaran mengukir kata...

Apalah dihitung pada kiraan semalam cuma...
Andai baitnya telah berjalur curiga
Biarkanlah...hati terus setia...
Senang tersimpul hati pada kata bicara.

Biarkan kebencian terus menari di taman hati...
Kerana hadirnya tidakkan mengubah tari serasi...
Selagi rentaknya masih setia di kamar naluri.

Nawza Liriaz

Sajak Minta Maaf

Sajak Minta Maaf

Terlalu sukar untuk aku garap kisah sebenar itu...
Kerana di sini dan di pentas ini...
sering saja ada hati terluka...

Bukan niat aku mengungkap kata kabur
Berlapis seribu makna...
Maka lilitan mudah itu telah tersimpul...

Maafkan aku pada dasar lenggang kataku...
Tidak termaktub dalam nisbahku mengguris hati tulus itu
Apa lagi mencaci...

Mungkin sudah tiba...
Gaya bahasa kiasan laman diluput...
Atau dikapankan saya agar terkubur...

Kerana ia semakin terlalu sukar dimengerti....
Aku tidak bermaksud melukai apatah lagi menyakiti..

Nawza Liriaz

Hanyalah gubahan hati

Hanyalah gubahan hati...
Mengalun kata menyusun tari...
Bukan persembahan hakikat diri...
Hanya coretan...
Memintal seni...

Nawza

Bukankah telah

Bukankah telah tertulis pasti...
Takkkan ada pertemuaan melainkan perpisahan akan mengakhiri ...
Cuma keadaan menutup hati...
Menjadi punca...segalanya diragui...

Nawza Liriaz

Syirah

Syirah

Syirah pada baris lama berulang
Menginjak pada setiap penjuru tenang
Pilu takkan mungkin lagi bertukar sayang....
Selagi parut dusta bersisa di lengan bahagia..

Pandang pada silau sebentar dari cahaya pagi
sebenarnya menjangkau lukisan hatiku
Berdiri namun aku masih tidak setara pada suara itu...

Aku tidak pernah berhenti..
Walau merangkak langkahku masih berpandu arahnya
Tidak pernah yang lalu ku pandang lagi
Walau kisah itu bertukar sejarah
Andai perit sempadan bagiku..
Andai manis pedoman hidup juangku.

Bertatih pada langkah yang masih bersisa
Mencari satu kata satu suara satu istilah nyata...
Aku yang kau cinta....

Nawza Liriaz

Menghitung pada getaran

Menghitung pada getaran

Menghitung pada getaran bicara sendiri
Memang begitu agak dunia berdiri
Mengarah pada jalan benar....
Namun kaki sendiri masih tersadung
Belok ke lurah kiri dunia

Masih bersisa sebenarnya kisah silam
berlari...hakikat makin dekat mendakap resahku
Hidup ini perhitungan sepi sebenarnya.

Nawza Liriaz

Izinkan aku berlari (Khas Untuk Isteriku)

Izinkan aku berlari
Pada laman yang sepi
Mengejar pelangi mimpi
Yang jalurnya tidak pernah ku tahu

Izinkan aku berbicara
Pada kata yang tak pasti
Tentang kisah kita yang lalu
Kata setia kau dan aku

Izinkan aku memandang
Pada wajah yang ayu
Menilik nasib diri yang sayu
Menilai untung nasib ku.

Izinkan aku sayang.........
Nawza Liriaz

Dakapan Tenang

Dakapan Tenang

Mana mungkin hati ini makin tenang
Bila langkah lama masih bersisa di belakang
Takut pada bicara hati sendiri
Menanti api dosa membakar diri
Takut pada hukuman yang Maha Pencipta...
Apakah masih ada dakapan tenang semula?

Nawza Liriaz

Berilah aku sedetik peluang

Berilah aku sedetik peluang

Berilah aku sedetik peluang pastiku hiasi kasih sejuta malam....
Berilah daku seteguk sayang...pastiku bentang selaut kesetiaan.
Nawza Liriaz

Kasih Sayang

Kasih Sayang

Sering kali hati meminta sebuah kesetiaan
Sering kali runsing pada kekalutan kasih sayang..
Sedang makin lupa cinta takkan hadir tanpa kasih dan sayang...
Kasih hadir seiring sayang..

Dan segalanya akan hilang hanya kerana satu kesilapan
Walau seteguh dermaga telah dibina sebuah cinta.
Walau beribu abad dijaga keteguhannya..
Hanya satu kesalahan ianya berkecai sekelip mata.

Nawza Liriaz
12.07.2004

Pantun Dulu-dulu

Pantun Dulu-dulu

Jangan tebang pokok pinang
Nanti kena pokok sirih
Jangan pegang tunang orang
Nanti kena hujung keris

Lubuk Inggeris sangat dalam
Hamba berani campak jala
Hujung keris sangat tajam
Hamba berani tahan dada

Apa guna kepuk di ladang
Kalau tidak berisi padi
Apa guna berkokok panjang
Kalau tidak berani mati

Nasihat

Nasihat

Mengapa ada yang mencalar tulus hati ibu...
Apakah sudah lupa pada adab berbicara seni Melayu..
Atau manusia itu sudah buta membezakan
Yang mana ibu yang mana rakan yang mana seteru?

Selagi nyawa di kandung badan...
Hanya satu pesanku duhai kawan..
Jaga bahasa jaga pertuturan
Sesama insan berkasih sayang...

Walau di mana kau dibuang takkan dibenci kian disayang.

Nawza Liriaz
12.07.2004

Kedamaian

Kedamaian

Seperti kabus seketika menyapa di pagi...subuh
Setipis itu usahaku
Bila tiap kali diselimuti resah...
Tiap hadir senja..
Pasti aku tahu malam akan tiba
Dan...terkadang tidak sabar menanti fajar
Sekita itu juga aku seolah-olah mengharap panjangnya bayu malam..

Segalanya...hanya telahan..
Telahan dari usia hidup yang secetek ini...
Tidak terbanding pada usia dan sejarah perjalanan itu..
Baru..segalanya masih baru bermula...
Satu perjalan satu tujuan..
Mencari kedamaian dari sebuah kehidupan...
Yang pasti setiap langkahku aku arah pada impian...

Kedamaian dan kebahagiaan.

Nawza Liriaz
2004

Taubat

Taubat

Duduk untuk menahan dari terus dipandang...
Mata-mata liar menilai setiap gerak...
Jemari tulus terus mengira usia yang masih tertinggal...

Masih ada masa untuk menanti segala keindahan hadir disini...
Atau perlu berlari mengejar setiap cinta dan cita yang diimpi...
Dahi ini masih sunyi dari hamparan suci itu...
Lidah ini masih kurang dari menyebut KeagunganNYA
Masih kekok tubuh ini bergerak untuk Yang Satu...

Adakah lagi waktu untuk bertatih ke situ...
Adakah lagi waktu itu...

Sesaat berlalu menolak diri ke sana...
Makin hampir ke daerah itu...
Daerah sepi...sepi...
Sepi yang tak pernah ada yang tahu khabar di situ...
Terasa makin hampir diri ke sana...

Oh...Tuhan semakin aku melupai...
Semakin Engkau menghampiri...
Sesungguhnya dosaku setinggi gunung...
Namun Rahmatmu lebih tinggi dari itu...
Terimalah taubatku...Amin.

Nawza Liriaz
2004

Cerita Dirimu

Cerita Dirimu

Dunia bercerita tentang dirimu
Antara sepi pagi yang bergelumang dengan rindu
Risau pada pandangan mata yang kian mengikat hatimu
Istilah cinta apa yang kau cari untuk bersatu
Nur apa yang benar-benar mampu menerangi hidupmu

Ungkapkan pada pendengar setia ceritamu
Lambaian bagaimana baru terbuka hati kalbu
Fahami apa yang kau ingin untukmu
Atau hanya pada sisipan wajah senja yang sendu
Hadirnya selubung malam baru terbuka hatimu untuk bersatu

Terlalu sukar mengurai simpulan hati
Berbelit pada rasa sayang sejati
Pudar pada kata hati sendiri
Apakah dendam yang memaku pintu hati
Hingga sinar terang itu kau biarkan berlau pergi

Mungkin bukan tenang yang kau impi
Atau memang sejahtera menyelimuti dasar hati
Aku sekadar berdiri di sisi...
Menatap serinya wajah seikhlas budi.

Nawza Liriaz

Madah

Kenapalah mengharapkan kekekalan dalam pertemuaan sedangkan pertemuaan itu adalah permulaan sebuah perpisahan dan percintaan itu permulaan untuk kekecewaan.

Hati Gersang

Hati Gersang

Sesekali terasa sejuk angin pagi...
Sekali terasa bahang pada kelopak mata hati...

Makin terselindung bunyi getar dari suara naluri...
Puncak cinta di lambung usia pudar..
Setiap saat berlalu meninggalkan sekalis kisah ku...
Pada kata, pada bicara dan pada cerita lama.

Bingkisan kasih lalu makin menjerut leher tenang...
Seolah kesalan pula yang bertinggung di hati...
Cinta atau dicintai...
Segalanya makin samar...

Di sayangi.....
Hanya lafaz yang terlalu sukar untuk diselamani
Selagi gelodak curiga itu masih merangkul kasih

Biarku talkimkan saja kisah cinta lama...
Mungkin nanti akan sampai gerimis bahagia
Membasahi hati gersang...
Walau sedikit cuma..

Nawza Liriaz

Masih berombah dada ku

Masih berombah dada ku...
Hari ini...bermakna masih diberi ruang pada jasadku...
Masih diberi ruang pada dahi ini menekap hamparan suci...
Terasa diri disayangi...

Nyaman sungguh hari ini Tuhan ku...
Seolah aku KAU kurniakan hidup baru...
Syukur aku padaMU...
Mentari itu masih lagi bersinar untukku..
Embun itu masih sempat ku lihat sebelum hilang...

Tadi...seketika tadi...
Jasad hina ini telah KAU terima sujud padaMU
Hati ini masih KAU letah kasih padaMU...
Syukur...Syukur...

Jangan KAU ubah hati ni seperti pasir di pantai...
Jangan KAU biarkan diri ini ternoda kilauan dunia...
Biar ombak dosa lalu menghempas hidupku hari ini...
Selagi itu aku tahu KAU sentiasa di sisi.

Tuhan ku, jangan KAU ubah hatiku...
Setelah KAU beriku Petunjuk dan hidayahMU..

Terimalah ibadahku dan matikanlah aku dalam AgamaMU...ISLAM. AMIN

Nawza Liriaz
Julai 2004

Di sini...di bumi ini...


Di sini...di bumi ini...
Kami masih seperti dulu..
Adat di sanjung agama dikendong ...

Hanya terkadang biasan di sana berat menekan bahu bangsa
Anak jati di sini sudah lupa suara Melayunya
Lenggang sudah tidak berseni..
Bicara sudah tidak berkias kata menyusun seloka...

Ahhh....bahang di sana
Panas ku rasa di sini...

Nama anak bangsa kita sudah bertukar serinya...
Melayu sudah berbahasa dunia..
Terkadang aku bangga..
Terkadang aku sesak menangkis pecutan budaya melanggar hati di sini....

Akan kau lihat nanti di sini...
"kulit belacan berlidah keju"
Aku tidak pandai menilai di sana demi selesa di sini....

Nawza Liriaz

Rintihan Suara Hati

Rintihan Suara Hati

Suara hati kecil berdetik lagi...
Berkias setiap cerita lama...
Makin berselirat fikiran tenang bersimpul kata akal...
Tangan ini tidak mampu menggengam kisah lalu...
Menolak jauh ke belakang...
Apa lagi menoleh walau sesaat yang berlalu..

Sukar untuk melihat diri setenang air di kali....
Taufan resah megah menghempas pantai tenang...
Segala kisah hari ini lemah...
Tidak mampu mencungkil apa yang terbenam di dasar sejarah lalu...

Sukar rupanya mencari damai sesejuk embun pagi...
Kerana hari ini semuanya dipandang terang...cerah...
Namun aku yang lebih benar menahan bahang sinar panasnya...
Hari ini tiada kisah memayungi aku dari panahan terik rasa kesal.

Apa lagi untuk dinilai pada degupan jantung hari ini...
Bila semalam itu masih berdiri di depan mata...
Tak pernah biarkan sesaat untuk luput dari akal sedar...
Makin jauh aku meninggalkan..... makin berselisih kisah-kisah itu...

Berdiri hari ini rupanya duduk pada hakikatnya...
dan...
Tersenyum hari ini rupanya berdiam dari kata...

Nawaz Liriaz
12.07.2004

Ahad, 10 Januari 2010

Hati

Hati

Berbicara dari satu sudut pada kata hati itu...
Makin berselirat erti di dasar naluri...
Berkata hati antara dua hati itu...

Apakah sudah hilang makna zuhud pada tingkah urus dunia...
Makin keliru dengan pandangan mata zahir...
Hati makin sukar menilai benar hati itu...

Biar sempit akal fikir...
selagi berhati lurus...
Takkan bersimpul naluri benar...
Takkan bercampur zuhud dan mewah dunia...

Makin takarub sebenarnya hati ini dengan Yang Maha Pencipta...
Jika hati ini dan hati itu...
Sujud tunduk pada yang Esa...
Menangkis dusta dunia.

Nawza Liriaz

Dan

Dan...
Aku hanyalah cahaya senja...
Hadir seketika menyapa siang..
dan di halau pergi bila malam hadir lagi...

Nawza

Hanyalah gubahan hati

Hanyalah gubahan hati
Mengalun kata menyusun tari...
Bukan persembahan hakikat diri...
Hanya coretan...
Memintal seni...

Nawza

Bayang

Bayang

Hadirmu…menyelinap di sebalik tirai cahaya…
Atau sekadar biasan dari sejujur sinar...
Kelam...tidak berseri warna sifatmu...
Namun adamu maka sedarlah hadirnya jasadku...
Tuah dirimu...tidak dihitung dosa jasadku...

Bayang...

Terkadang rasa hadirmu bagai tidak dinilai...
Kerana setia ada terik mentari ada dirimu...
Terkadang zahir bayang seolah mengejekku...
Berdiriku di kiri kau lencong ke kanan...
Berdiriku tegak...tampilmu bongkok...
Mungkin ini terangmu...akan hatiku...
Atau hati sifat zahir asal terpantulmu..

Atau mungkin sebagai pelita perumpamaanku...
Setegap tubuh selurus kata...tak sesuci hatinya?
Atau putih mana...segak bergaya...
Bayangnya tetap kelam sama...?

Yang pasti duhai bayang...
Hadirmu tanda aku masih ada...
Hadirmu tanda mentari masih setia di sana...
Dan...adamu...tanda ada satu kuasa...
Kuasa Yang Maha Besar pemilik segala-galanya.

Aku hanya insan biasa...
Terlalu daif menilai erti sebuah ciptaanNya...
Dan...Kau duhai bayang adalah teman setia...
Sentiasa hadir pada setiap sapaan cahaya.

Nawza Liriaz
Jumaat
28.12.2007

Anyaman sekata- Perpaduan

Anyaman sekata- Perpaduan

Seumpama satu jalinan dari susunan tikar mengkuang...
Begitu aku, engkau dan kita diibaratkan...
Bersaudara sebenarnya kita...
Terlerai satu jalinan terungkai sejuta anyaman...

Tergerak kita jauh dari susunan...
Beralih rapat setiap jalinan.... dan itu pautan keakraban
Kita permai di satu kampung...
Kita sekata dipadu santun...

Takkan kucar selagi tersusun...
Selerak seutas selerak semuanya...
Sakit seorang sedih semua...
Seumpama itulah hidup kita...
Terjalin sekata di anyaman bersaudara..

Dan sesungguhnya kita tetap bersaudara
Selagi jalinan itu terus utuh setia...
Selagi sopan dijaga...
Selagi berbudi balasnya berbahasa..
Selagi jenaka balasnya seloka...

Di sini di laman ini...di kampung ini... kita sebenarnya saudara...

Nawza Liriaz
Duha 10.47 a.m.
09.11.2007

Aku tidak pernah berhenti

Aku tidak pernah berhenti

Syirah pada baris lama berulang
Menginjak pada setiap penjuru tenang
Pilu takkan mungkin lagi bertukar sayang....
Selagi parut dusta bersisa di lengan bahagia..

Pandang pada silau sebentar dari cahaya pagi
sebenarnya menjangkau lukisan hatiku
Berdiri namun aku masih tidak setara pada suara itu...

Aku tidak pernah berhenti..
Walau merangkak langkahku masih berpandu arahnya
Tidak pernah yang lalu ku pandang lagi
Walau kisah itu bertukar sejarah
Andai perit sempadan bagiku..
Andai manis pedoman hidup juangku.

Bertatih pada langkah yang masih bersisa
Mencari satu kata satu suara satu istilah nyata...
Aku yang kau cinta....

Nawza Liriaz

Selasa, 5 Januari 2010

Kemarau Kasih- Khas Buat Diri Ku


Kemarau Kasih- Khas Buat Diri Ku

Berserakan dedaun pada pepohon kenangan...
Tanah girang kian merekah retak bersilang...
Sungai-sungai kasih telah lama kontang
Tidak bersisa walau setitis air harapan...

Di muara tenang sudah tiada lagi teritip gembira.
Bangau putih sudah lama terbang pergi...
Teratai merah layu tak menghijau lagi...

Semuanya hilang...
Hilang ke satu daerah yang lain...
Atau mati di bawah panahan terik mentari keegoan..

Aku di tapak kemarau kasih ini...
Masih mampu berdiri...walau setiap sendi tulang belulang sabar ku dihentak bertalu...
Tidak terlintas pada laman jiwa ia berlaku jua...

Sepanjang hayat mungkin ini yang ku rasa...
Atau ini sekadar musim-musimnya...

Keliru aku pada cuaca cinta yang tidak menentu sifatnya...
Kelmarin...terang ceria...
Semalam...indah bayu menyusun seloka...
Hari ini...segalanya gundah...gersang di sapa kemarau...

Semakin keliru erti hadirnya aku sebenarnya...
Berpasangan tetapi sendirian aku hakikatnya...
Membelai tetapi memukul hina...
Memberi namun mengungkit bangkit setiap nilai harga...

Aku sedar siapa diri ku...
Tidak berharta...tidak bertakhta...
Namun ku punya hati punya rasa...
Punya keinginan seorang insan di sini...di dunia...

Biarlah segala-galanya ku tahan jua..
Walau sehebat mana bahang membara
Walaupun kemarau panjang...kan ku terus berdiri setia...
Kerana sudah tertulis inilah hakikat kifarah diri dalam bercinta...

Nawza Liriaz
Duha, 11.15 pagi
12.10.2006

BINGKISAN SEMALAM


BINGKISAN SEMALAM

Berpaut pada pohon kasih yang tidak berakar...
Diri semakin goyang dipukul angin kehidupan semalam...
Bagaikan tiada makna...
Rendang tapi tidak berakar tunjang...
Hanya menanti saat kan tumbang

Semalam telah berlalu...menyingkir kenyataan hari ini
Segalanya bukan lagi milikku...
Kerana keindahan itu telah dibentang di halaman yang lain
Semuanya telah pudar...
Andai terbias hadirku sekadar samar...

Semalam......
Masih jelas kemesraan itu...seolah-olah baru tadi diukir untukku...
Semalam itulah...kesudahan...cerita untukku...
Penutup pada bingkai di tirai waktu...
Hari ini...menutup kisah untukku semalam
Antara dua jiwa yang tenang
Di dalam dua hati yang berperang
Pada dasar satu impian yang kecundang...
Sebenarnya hari ini hadir...menyingkirkan kisah semalam....


Nawza Liriaz

Delima Pemuisi

Delima Pemuisi

Biar sukar citraku dimengerti...
Kerana belum pernah ada suara tanpa irama...
Belum pernah ada tari tanpa seni
Tiada pencak jurus berselisih

Tinggalkan hati ini terus membisu...
Selagi lidah pedih itu belum kaku
selagi masih ada suara benci masih tersimpul..

Mungkin bila sudah terurai...
Teras resah berlalu pergi..
Atau tersimpul pula kata dan janji...
menambat setia perit di hati.

Nawza Liriaz

Ahad, 3 Januari 2010

Rintahan Seorang Hamba


Rintihan Seorang Hamba

Wahai Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Aku hambaMu yang hina memohon Kau mengasihaniku
Duhai Yang Maha Memahami
Tiadalah aku bererti melainkan Kau yang menjadikan aku bererti
Beruntunglah aku andai aku Kau Rahmati
Merugilah aku andai aku Kau Murkai
Maka kurniakanlah aku keampunanMu dan kasihanilah aku

Wahai Yang Maha Memelihara
Aku hamba daif ini memohon pemeliharaanMu
Tiadalah berguna seorang hamba tanpa pemeliharaanMu

Wahai Yang Maha Mengurniakan Rezeki
Kurniakanlah aku dari sisiMu rezeki yang halal
Elokkanlah budi pekertiku dan sihatkanlah aku

Wahai Yang Maha Pengampun
Ampunilah dosa-dosaku
Terimalah taubatku
Rahmatilah aku
Muliakanlah aku
Kurniakanlah aku keluarga yang sejahtera
Sejahterakanlah aku di dunia dan di akhirat
Tiadalah daya upayaku melainkan dengan keizinanMu.

Amin.

Zairil Azwan Zulmuji