Jumaat, 15 Januari 2010

Sebenarnya…..

Sebenarnya…..

Mungkin mudah pada bicara,
mengalun kata berselit nada,
namun mana mungkin aku yang terasa
memikul sesak menjeruk rasa....
bagai hidup diikat derita makin berganjak makin terbelit duka...
mungkinkah ini satu suratan kifarah dosa pembersih amalan.

Makin sempit rupanya kita....
makin aku bertanya makin keliru sebenarnya...
Baruku sedar bukannya mudah mengatur bicara menghampar kata...
kini dugaan terpias di muka...
baru tergadah khayalan di jiwa...
Aku atau suasana ini yang sebenarnya berbicara tentang kecewa...?
atau sememangnya akulah insan yang kecewa...

Akan aku biarkan senja berlalu
kerana aku hanya sinar subuh yang akan melenyapkan embun kerisauan semalam.....

aku hanya sekadar berbicara tentang kecewa...
bertanya tentang duka
agar ku tahu betapa masih ada yang menyambut hadir ku di sana...
biarpun subuh sekejab cuma dan siang menjelang tiba...
tapi ku yakin malam tetap menunggu siang
walau subuh itu pelenyap penantian sebenar.

Biarkan segalanya berlalu pergi....
kerana aku sebenarnya masih di sini walau segagah mana aku berlari
kerana rentak ku susah membentuk tari.

takdir menentukan segala-galanya.

bukannya aku yang sengaja
tapi...segala sudah ketentuanNya.
Makin kuat aku menggenggam makin terlucut dari jemariku
sebenarnya...Segalanya bagai satu mimpi...
kian disaluti ilusi yang semakin misteri...
Hari ini hadir senyumku hanya sekadar menghakis tangis semalam...
namun hati masih keliru pada duka yang tercipta pada hati yang lara.

Tidak pernah ada cinta tanpa air mata....
biarkan aku begini
menghitung kifarah silapnya langkahku sendiri...
tersunggur di laman hati
biarpun perasaan sebenarnya mendatar sepi...
akulah sebenarnya yang menjalin kecewa di hati...

Biarkan segala tafsiran hadir dengan caranya...
bagaikan angin bertiup di muara,
biar makin sepi tapi tetap membelai tebing...
dan aku hanyalah sisa pepasir yang terhakis
dari belaian badai berpimpinan angin sepi....

segala kata telah terungkap...
segala jalinan telah terlerai...
dan kini hanya tinggal hamparan sepi bercorak kisah duka...
dan masih terbias sinar semalam
walau samarnya tidak bersilau lagi.

hanya satu gubahan...
ibarat lagu bersadur irama...
sepi..sedih...kecewa yang mendendangkan hanya merasa...
mendengar untuk akur pada agihan ceria sementara...
tapi apa yang tertera semuanya bertentangan dengan bicara...
Aku makin tersasar dari mengenal diriku sendiri sebenarnya.

Kenapa dinilai pada bicara...andai gaya berkilas nista...
Mengapa diharap pada setia andai curiga memancang jiwa...
Biarkan suara terus bergema...selagi getaran mengukir kata...

Apalah dihitung pada kiraan semalam cuma...
Andai baitnya telah berjalur curiga
Biarkanlah...hati terus setia...
Senang tersimpul hati pada kata bicara.

Biarkan kebencian terus menari di taman hati...
Kerana hadirnya tidakkan mengubah tari serasi...
Selagi rentaknya masih setia di kamar naluri.

Nawza Liriaz

1 ulasan:

  1. Panjang sungguh nukilan ini. Seperti penulis berada dalam kesedihan yang amat sangat

    BalasPadam